SABISNIS.COM, Jakarta – Dikutip dari Portal CNBC Indonesia nilai kepemilikan aset dalam bentuk saham scripless atau non warkat yang tercatat di Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), saat ini tidak lagi dikuasai investor asing.
Sejak April lalu, komposisi kepemilikan investor domestik lebih besar dibandingkan investor asing.
Sebagai informasi, saham scripless merupakan saham yang pencatatannya sudah di konversi ke dalam bentuk elektronik digital.
Sisanya, masih ada saham dalam bentuk warkat yangbiasanya dipegang oleh pengendali perusahaan tercatat.
Berdasarkan data KSEI, per akhir Juni 2020 total nilai aset saham scripless mencapai Rp 3.735 triliun atau setara 65,6% dari total kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia pada akhir Juni 2020. Di mana nilai kepemilikan investor lokal mencapai Rp 1.503 triliun atau 50,1% dari total nilai saham non warkat.
Kondisi ini sendiri pertama kali terjadi sejak dua tahun lalu, yaitu Maret 2018, bulan sebelumnya sendiri IHSG baru saja menyentuh level All Time High (ATH) bahkan hingga detik ini yaitu 6.693,46.
Kala itu kepemilikan lokal naik ke angka 50,8% akan tetapi kondisi ini tidak berlangsung lama, investor asing yang keluar secara terus menerus menyebabkan IHSG reli turun dan kepemilikan lokal terus bertambah sampai kepada titik tertingginya di angka 52,9% pada bulan Juli 2018.
Pada periode ini sendiri tekanan jual asing menyebabkan IHSG tergerus 15,8% sampai ke titik terendahnya dari bulan Maret 2018.
Barulah ketika asing kembali masuk pada bulan Agustus 2018 sampai bulan Januari 2019 kondisi IHSG kembali membaik. Pada periode ini IHSG reli naik 9,7%.
Investor asing sendiri sudah kembali menjadi mayoritas kepemilikan saham scripless pada September 2018 dengan total kepemilikan investor lokal turun ke angka 48,1%. Ini artinya dominasi investor lokal di BEI tidak berlangsung lama, hanya sekitar 5 bulan saja.
Semenjak saat itu barulah pada April 2020 lalu investor lokal berhasil kembali menjadi mayoritas kepemilikan saham scripless di angka 50,5%. Hal ini sendiri terjadi karena investor asing terus menerus melakukan aksi jual di bursa lokal akibat pandemi virus corona dan memindahkan dananya ke aset-aset yang lebih aman alias safe haven. Selama tahun berjalan sendiri investor asing sudah keluar Rp 34 triliun dari bursa lokal.
Sebenarnya aksi jual asing di bursa lokal sendiri seperti dua sisi mata uang. Di satu sisi dengan dana asing yang keluar secara terus menerus dari BEI maka gerak naik IHSG cenderung akan tertekan.
Akan tetapi di sisi lain dengan keluarnya investor asing dari bursa lokal maka potensi investor domestik untuk menjadi ‘tuan rumah’ di bursa sendiri semakin terbuka apalagi apabila melihat valuasi emiten-emiten yang melantai di bursa efek masih tergolong murah dengan PER rata-rata IHSG sebesar 12,9 kali sehingga masih menarik bagi investor jangka panjang.
Dapat dilihat presentasi kepemilikan lokal dari tahun ke tahun terus meningkat, sejak awal 2017 investor lokal hanya memegang 45% kepemilikan saham scripless, bahkan apabila ditarik sampai 13 tahun lalu rasio kepemilikan investor domestik hanyalah 31%.
Momen yang tepat sudah datang, pertanyaanya tinggal apakah investor lokal sudah siap menjadi tuan rumah di bursa sendiri ? Sebenarnya caranya gampang, kalau nanti IHSG tiba-tiba turun terus, ya jangan cutloss. (*)