
Tapteng, SABISNIS.com – Kata “HORAS” dalam bahasa Batak berarti “SELAMAT”. Kata ini juga dapat digunakan sebagai ungkapan keakraban, rasa terima kasih, kebahagiaan, dan kesehatan.
Makna kata “HORAS” dapat berubah tergantung dari cara pengucapannya. Akan memberikan makna “SELAMAT”, sedangkan penekanan “HORAS TAPTENG”akan memberikan makna “HARAPAN”. Bagaimana ceritanya?
Berita Raja Bonaran Situmeang S.H., M.Hum., pernah menjadi pengacara sejumlah klien, (Sengketa Pilkada di Mahkamah Konstitusi (MK-red).
Salah satu yang paling terkenal adalah Anggodo Widjojo, tersangka kasus suap Sistem Komunikasi Radio Terpadu (SKRT) yang disidik KPK-RI. Kasus ini adalah salah satu kasus besar yang ditangani KPK-RI kala itu di tahun 2009.
Wartawan ini, acap menonton TV Nasional dan di satu momen sekilas profil Bonaran Kelahiran Gonting Mahe Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng) Provinsi Sumatera Utara (Sumut).
Bonaran anak seorang Guru dan Sekolah di SMA Katolik dan Indekost atau indekos (sewa suatu ruang untuk lajang-red) di Sibolga Julu Kota Sibolga dan lepas sekolah penjaja atau loper Koran Sinar Indonesia Baru (SiB).
Wartawan ini, Mecari Nomor Seluler Bonaran dan akhirnya didapat. Dan mencoba menghubungi lewat Selulernya.
Menjawab pertanyaan Wartawan ini mengatakan: “Ada-ada aja Pak Wartawan ini suruh saya jadi Bupati Tapteng. ujarnya dari Jakarta rasa kesal. Maaf Pak Wartawan lagi sibuk.
Dengan sekitaran jarak empat hari dan lima hari kembali dan kali berulang menghubungi sang Pengacara dengan jawaban Yang sangat mengecewakan.
Wartawan ini finally berkata: “Helo….oo Pak Pengacara Kondang Terkenal…. Ingat…..Terkenal juga karena Wartawan. Kenapa sih… segitunya, ngejawab Wartawan di Daerah?
Gua Tahun 2005 pernah Wartawan Media Harian SINAR PAGI tugas di DPR-RI. Sombong banget jadi orang. Buang deh… Kesombongannya. ujarnya si Wartawan (berlagak bahasa Jakarta).
Akhirnya terjawab dan mengatakan: “Okay akan saya pikirkan dulu. Kebetulan saya Ketua Raja Naipospos Se-jabodetabek.
Ada acara pertemuan Raja Naipospos akan coba bicarakan disana begitu juga Tokoh-tokoh di Jakarta minta petunjuk. katanya berikan harapan dan beri pesan nanti saya hubungi.
Betul Bonaran menghubungi dan berkata, akan turun ke Kota Sibolga kebetulan ada acara Musyawarah Besar (Mubes) se- Dunia Raja Naipospos di gelar di Kota Sibolga.
“Nanti kita ketemu disana dengan Ketua DRPD Kota Sibolga Sahlul Umur Situmeang” katanya.
Usia acara Mubes, para wartawan mengejar Bonaran wawancara seputar ada issue dirinya Colon Bupati Tapteng yang kebetulan Bupati Tapteng Drs. Tuani Lumban Tobing M.Si., sudah akan habis masa jabatannya dua periode.
Pertemuan eksklusif si Wartawan dengan Pengacara empat mata banyak yang sudah di bicarakan dan si Wartawan dengan mengatakan “Pintar tidak menggurui. Tajam tidak melukai. Cepat tidak mendahului”.
Betul Pengacara adalah Lahirnya di Tapteng dan besar di Tapteng, akan tetapi Sekolah Tinggi di Kota besar dan menjadi Pengacara Kondang di Ibu Kota Negara.
Masalah Tapteng mulai dari Delapan Kecamatan sampai menjadi 20 Kecamatan dan tahu karakter masyarakat Tapteng karena pengalaman Wartawan mulai dari Desa ke Desa yang terisolir sampai Kota Pandan.
Akhirnya Bonaran mengakui dirinya hanya punya modal Uang Satu Miliar.
Wartawan memberikan gambaran dan masukan seputar kondisi di Tapteng. Dimana pernah terdengar “LAGU PARMITU” (Nyanyian Peminum Tuak-red) di Warung Tuak bernyanyi ramai-ramai dengan lagu sedikit robah lirik lagu dengan lirik “Tuhan Kirimkanlah Kami Bupati Yang Baik. Yang MenCintai Tapteng dan Masyarakatnya”.
Hal Modal akan banyak mengalir begitu melihat Massa Pendukung terang benderang memperlihatkan dukungan. Jika dukungan memang besar. Para Donatur pasti tanpa diminta mereka berikan bantuan modal.
Dengan masyarakat Tapteng, terlihat banyak tidak Money Politik asal ada perbaikan Tapteng. Kendati hanya satu miliar Modal Pengacara jadi maju calon Bupati.
” Ingat Ada mati-matika dua Roti tambah lima Lima Ikan (2 + 5) menjadi 15. Ribu x dua suami istri dan anak, juga masih banyak Roti sisa. (Bagi Tuhan tiada yang mustahil-red).
Tanpa dinanya Pengacara langsung peluk Wartawan sembari berkata pelan: Mulai sekarang Kita adalah Sahabat Wartawan dan Pengacara “PANCE dan BONARAN” adalah Sahabat dan mungkin jadi Teman Sejati.
Sembari beri signal akan blusukan berdua membuktikan survey di lapangan apa yang dikatakan si Wartawan.
Blusukan kali pertama yang membuat Bonara sangat miris adalah 60% masyarakat yang ditemui berkata: “PENG na..?” atau Wani piro (Wani Piro adalah bahasa Jawa yang artinya berani berapa?).
Namun ada momen yang mengharukan seorang istri Pegawai Negeri Sipil (PNS) mengungkap isi hatinya agar Bupati yang akan datang perubahan baru di Tapteng.
Ia, bercerita bagaikan curhat. yang tadi sangat bahagia bersama Suaminya dan anak-anak dan sepulang kerja Suami pastinya bersama.
Namun hal itu tidak terduga Suaminya pindah tugas (mutasi kerja) jauh dari huniannya.
Jika ikut Suami bagaimana dengan anak-anak sekolah, jika Suami sendiri bagaimana “Mardua Hudon” atau “Berdua Dapur”.
Sementara gaji sudah tergadai SK di Bank tiap bulan sudah potong gaji ungkapnya rasa sedihnya matanya berbinar air mata.
Suasana haru menyelimuti cerita keluarga itu matanya Bonaran yang menyapu situasi dan kondisi itu dengan raut wajah prihatin. lepas ngomong dengan berkata “Tung so huloas ho Tapteng sai tumatangis” atau “Tidak Akan Aku Biarkan Tapteng Menangis”.
Hasil survei membuktikan “Jauh Panggang Dari Api”.rasa kekecewaan Bonaran kelihatan seakan berakhir sampai disini.
Kendati demikian si Wartawan berkata “Wartawan dan Pengacara ada identik dalam satu masalah.
Wartawan bisa menciptakan tidak Berita jadi Berita sembari buat Contoh: “, Seorang Wartawan KOMPAS tengah duduk santi di tangga halaman Istana Presiden melihat istri seorang Pejabat memasuki Istana kala itu Presiden RI ke- 5 Megawati Soekarnoputri.
Si wartawan menceritakan Mobil apa yang di tumpang dan warna pakaian dan sepatu dan tas memasuki Istana Presiden RI untuk menemui Megawati Soekarnoputri.
Wartawan KOMPAS, minta tanggapan dari Pakar Hukum atas kehadiran Istri Pejabat di Istana. Dan menjawab mungkin sesama kelahiran satu daerah minta perlindungan dengan kasus tengah membidik Suaminya. ungkapnya.
Begitu juga dengan Pengacara: “Perbuatan Hukum, Bukan Perbuatan Hukum, dan Akibat Hukum”.
Hal ini juga memotivasi Bonaran akan turun blusukan kembali dengan metode lain.
Blusukan selanjutnya Bonaran bersama Anggotanya Pengacara. Rudy Situmeang, Robert Situmeang dan W Boru Sinaga cucunya pemilik Hotel Bumi Asih yang banyak di Indonesia dan Asuransi. ditambahkan dengan Pance menjadi “Five Friends” atau “Lima Sekawan”.
Blusukan selanjutnya setiap pertemuan warga selalu di ucapkan “HORAS TAPTENG” dan disambut juga dengan “HORAS TAPTENG”.
Blusukan mulai dari Desa terisolir pasca itu Desa Simargarap dan sambut hangat masyarakat “HORAS TAPTENG” dan pada Blusukan terbuka dan Bonaran menyanyikan “TUNG SO HU LOAS HO TAPTENG SAI TU MATANGIS”.
Pasca itu di dukung ekonomi masyarakat baik (harga getah pasca itu tinggi-red) dan masyarakat menyumbang awalnya di hanya di tangan Bonaran menjadi di kardus dan setiap acara berkardus bawa pulang hasil nyanyi “Tungso hu loas ho Tapteng sai tumatangis”.
Secara maraton mulai pagi nyaris subuh baru pulang dengan di isi banyak undangan pada hal belum ada tahapan Pilkada Tapteng. Seperti Bawascam Kecamatan Kolang Parlaungan Silalahi S.H., tidak bisa berbuat banyak karena membludaknya massa dalam setiap pertemuan.
Ditambahkan Wartawan dalam pemberitaan seperti Helman Tambunan dari SiB, Charles Pardede, Anggiat Tambunan. Almarhum Pablo Sianturi Ketua Ikatan Jurnalis Tivi Indonesia (IJTI) Tapanuli dan Nias dan di Media Harian METRO TAPANULI, pasca itu masyarakat Sibolga dan Tapteng tiada hari tanpa baca METRO TAPANULI. dan banyak Wartawan yang lain dalam pemberitaan Bonaran.
HORAS TAPTENG Membuming seketika dan diprakarsai Pance gelar Temu Perss di Hotel MARSADA Jln. Sibolga-Tarutung KM.2. dengan tujuan lebih memperkenalkan diri Bonaran dengan Insan Perss.
Pasca Pasangan Calon Bupati Tapteng sudah mendaftar Bonaran dengan Sukran Jamilan Tanjung dengan jargon “BOSUR”.
“HORAS TAPTENG dan BOSUR”.
BOSUR diartikan dalam bahasa Batak adalah
kenyang. pabosur, mengenyangkan. na bosur, yang kenyang.
“Otik hinamokmokhon, godang hinabosurhon, yang sedikit mengemukkan, yang banyak mengenyangkan”.
Hal itu dikatakan oleh tuan rumah kepada tamu: pemakaian tepat guna, juga banyak atau sedikit makanan terhidang, kiranya menyenangkan dan terberkati.
Pasca kampanye Akbar BOSUR di Lapangan Merdeka Kecamatan Barus massa bagaikan “DATANG-DATANG SENDIRI, PULANG TIDAK DI ANTAR. MAKANAN BAWA SENDIRI NYUMBANG BOSUR TETAP BERLANJUT”.
Ada satu momen kebetulan si Wartawan di atas pentas menyaksikan seorang Ibu tua ditengah kerumunan massa meminta tolong buka jalan katanya: “Uju ni ngoluk kon si BOSUR ikkon hu sumbang (Semasa Hidupku BOSUR akan saya sumbang-red) uang di sebelah tangan kanan Rp. 10. Ribu.
Sementara si Ibu Tua itu dari bawah pentas berikan sumbangan, nyaris istri Bonaran dari atas pentas meraih uang si Ibu Tua dibawah.
Esok harinya terbit berita satu halaman di Metro Tapanuli yang Wartawannya adalah mantan Anggota KPUD Tapteng dan sekarang Direktur Perumda PDAM MUAL NAULI Tapteng Masril Tua Rambe.
HORAS TAPTENG menghantarkan Raja Bonaran Situmeang S.H., M.Hum. menjadi Bupati Tapteng.
Setelah Bupati Tapteng Bonaran setiap sebelum kata pembukaan Pidato atau sambutan selalu di awali “HORAS TAPTENG” yang membuming di Tapteng setiap acara mulai SKPD sekarang POD, Camat, UPTD Puskesmas. Kepala Sekolah (,Kasek) dan Kelapa Desa (Kades) selalu sebut “HORAS TAPTENG” sampai sekarang.
Untuk diketahui Pantai BOSUR sebelumnya adalah Pantai bagaikan tempat sampah dan hanya ditempati para Nelayan Tradisional dan Tempat penjemuran Ikan.
Oleh Bupati Raja Bonaran Situmeang S.H., M.H., membuat jadi Pantai BOSUR yang acap Show Artis-artis Ibu Kota buat hiburan.
Nama Pantai Bosur resmi diganti oleh Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah (Pemkab Tapteng) menjadi Pantai Indah Pandan (PIP).
Pergantian nama pantai yang berlokasi di Kelurahan Mangga Dua, Kecamatan Pandan itu, berdasarkan Keputusan Bupati Tapanuli Tengah nomor 1523/HKM/2019 tanggal 31 Juli 2019.
Entah apa yang merasuki pergantian Nama tersebut bak kata Menteri Pertanian sekarang (Kabinet Merah Putih) Dr. Ir. H. Andi Amran Sulaiman mengatakan, bila Pejabat Baru, banyak tidak melanjutkan Program Pejabat lama, yang menimbulkan kerugian, katanya.
Dan Mentan berharap, jika Progam Pejabat lama bagus kenapa tidak dilanjutkan. ( Demak MP Panjaitan/Pance)