Jakarta, Sabinis.com – Rebo Wekasan (Orang Betawi Menyebut Rebo Wakasan) dikenal sebagai salah satu hari yang erat kaitannya dengan sebuah tradisi yang masih dipercayai oleh sebagian masyarakat. Namun, mungkin tidak sedikit masyarakat yang menyimpan rasa penasaran mengenai kapan Rebo Wekasan 2024 akan hadir dan jatuh tanggal berapa?
Mengutip dari jurnal ‘Agama dan Tradisi Lokal (Studi Atas Pemaknaan Tradisi Rebo Wekasan di Desa Jepang, Mejobo, Kudus)’ karya Mohammad Dzofir, Rebo Wekasan dapat diartikan sebagai hari Rabu terakhir. Momentum ini hadir pada hari Rabu terakhir di bulan Safar yang didasarkan pada penanggalan Kalender Hijriah.
Rebo Wekasan menjadi sebuah hari yang kerap dinantikan bagi sebagian orang. Hal ini dikarenakan pada saat Rebo Wekasan tiba, tidak sedikit masyarakat yang akan melakukan ritual-ritual khusus sebagai cara untuk mengisinya.
Lantas seperti apa gambaran Rebo Wekasan yang hingga kini masih dipercaya oleh sebagian masyarakat? Temukan penjelasan tanggal, sejarah, hingga tradisinya melalui paparan berikut.
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, Rebo Wekasan bertepatan dengan hari Rabu terakhir di bulan Safar. Hal ini dapat dijadikan sebagai salah satu acuan bagi masyarakat untuk mengetahui kapan Rebo Wekasan 2024 kali ini akan tiba.
Apabila mengacu Kalender Hijriah 2024 yang diterbitkan secara resmi oleh Kementerian Agama (Kemenag) RI, bulan Safar dimulai pada hari Selasa, 6 Agustus 2024 lalu. Kemudian apabila dilihat dari kalender tersebut, hari terakhir Rabu di bulan Safar jatuh pada tanggal 30 Safar 1446 Hijriah yang berlangsung di hari Rabu, 4 September 2024.
Hal ini menunjukkan Rebo Wekasan 2024 jatuh pada tanggal tersebut. Sebagai pengingat bagi masyarakat, berikut uraian jadwal Rebo Wekasan 2024:
Sejarah Rebo Wekasan
Terkait dengan sejarah Rebo Wekasan ternyata diperkenalkan oleh orang-orang muslim Champa. Menurut buku ‘Sejarah Lengkap Islam Jawa: Menelusuri Genealogi Corak Islam Tradisi’ karya Husnul Hakim, dijelaskan bahwa pada saat tradisi keagamaan Islam diperkenalkan kepada masyarakat Jawa, salah satu tradisi yang dimasukkan adalah berasal dari orang-orang Champa.
Orang-orang Champa cenderung menggunakan pendekatan sufisme dalam melakukan berbagai tradisi. Sebut saja memperingati hari-hari besar di dalam Islam yang diwarnai dengan tradisi tertentu. Misalnya membuat bubur pada Hari Asyuro, Nisfu Syaban, Maulid Nabi Muhammad SAW, hingga tradisi Rebo Wekasan di bulan Safar.
Sementara itu, dikatakan dalam buku ‘Historiografi Sejarah Lokal Gresik’ karya Ahmad Ali Murtadho, tradisi Rebo Wekasan sudah ada sejak zaman nenek moyang dahulu. Dipercaya tradisi ini telah ada di masa kejayaan Sunan Giri.
Pada saat itu, terdapat kepercayaan yang menyebut di bulan Safar terjadi hal-hal yang kurang menyenangkan. Oleh sebab itu, tidak sedikit masyarakat yang melakukan berbagai ritual dan doa-doa agar dijauhkan dari hal-hal buruk.
Meskipun hal tersebut menjadi kepercayaan telah lama muncul, tetapi masih ada sebagian orang yang mempercayainya hingga saat ini. Hal tersebut membuat hadirnya Rebo Wekasan kerap diwarnai dengan berbagai ritual hingga tradisi-tradisi khusus.
Tradisi Rebo Wekasan biasanya memiliki perbedaan antara masyarakat yang satu dengan lainnya. Hal ini didasarkan pada kepercayaan turun temurun yang dipegang hingga budaya yang berlangsung di sekitarnya.
Gambaran mengenai tradisi Rebo Wekasan dijabarkan secara rinci di dalam jurnal ‘Rebo Wekasan Menurut Perspektif KH Abdul Hamid dalam Kanz Al-Najah Wa Al-Surur’ karya Umma Farida bahwa di Kudus terdapat sejumlah amalan yang dilakukan oleh sebagian masyarakatnya.
Terdapat sebagian orang yang kerap mengamalkan sholat sunnah dengan jumlah empat rakaat. Kemudian ada juga bacaan doa-doa yang didasarkan pada surat yang ada di dalam Al-Quran.
Tak sampai di situ, terdapat air Salamun yang telah diberikan doa-doa untuk diminum. Seluruh amalan tersebut dipercaya dapat menolak bala.
Kemudian masih merujuk dari sumber sebelumnya, terdapat tradisi Rebo Wekasan yang kerap diisi oleh sebagian masyarakat dengan menggelar acara selamatan. Biasanya acara tersebut dilakukan dengan membagikan nasi kepada orang-orang di sekitarnya. Baik itu tetangga maupun saudara.
Sementara itu, di dalam jurnal ‘Tradisi Rabu Wekasan dalam Persepsi Milenial: Studi pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial UNNES’ yang disusun oleh Rikha Zulia, dkk., dijelaskan bahwa tradisi Rebo Wekasan bisa memiliki perbedaan antara daerah yang satu dengan lainnya.
Misalnya saja yang ada di sebuah wilayah Semarang, Rebo Wekasan diisi dengan ijtihad yang didasarkan pada hadits dan Al-Quran sebagai sumber utama dalam melakukannya.
Tidak hanya itu, pada sebuah wilayah di Banjarnegara, Rebo Wekasan diisi dengan sederet tradisi yang dimulai sejak waktu dzuhur. Biasanya sebagian masyarakat di sana akan melakukan sholat tasbih yang dilanjutkan dengan bacaan dzikir dan doa bersama. Rebo Wekasan kemudian akan ditutup dengan sedekah bersama.
Nah, itulah tadi rangkuman mengenai tanggal Rebo Wekasan lengkap dengan sejarah dan tradisi yang biasanya dilakukan oleh sebagian masyarakat.
(Red)
Dikutif : Dari berbagai sumber.
SABISNIS.COM DEPOK-Kampanye akbar Pasangan Calon (Paslon) walikota dan calon wakil walikota Kota Depok dengan nomor…
Tapteng, Sabisnis.com - Justri Yanti Panjaitan meminta kepada Kasat Reskrim Polres Tapanuli Tengah untuk memberikan…
Tapteng, SABISNIS.com - Melalui Via Zoom Pj. Bupati Tapanuli Tengah Dr. Sugeng Riyanta, SH MH,ikuti…
Sibolga, Sabisnis.com - Calon bupati Tapanuli Tengah Masinton Pasaribu dan calon wakil bupati Mahmud Efendi…
Tapteng, Sabisnis.com - Pertikaian antara Baktiar Ahmad Sibarani dengan saudara Ametro Pandiangan adalah masalah pribadi,…
Tapteng, SABISNIS.com - Masyarakat di Kecamatan Tapian Nauli, Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng), Provinsi Sumatera Utara…