
Tapteng, SABISNIS.com – Proyek air minum berbiaya Rp.1,6 Miliar lebih di soal warga, masyarakat kelurahan Nauli, kecamatan Sitahuis, kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatra Utara tidak bersedia menanda tangani serah terima proyek panyediaan air minum tersebut.
Warga menolak dalam rapat kelurahan, karena proyek tersebut dikerjakan asal jadi. Proyek air minum yang di maksud tidak lancar, kadang tidak hidup dalam satu Minggu, pokoknya tidak lancarlah, kata beberapa warga.
H Hutagalung penduduk lingkungan 2 kelurahan Nauli, kecamatan Sitahuis yang ditemui wartawan mengatakan “Ibu lurah sudah 3 kali mengundang warga terkait hendak serah terima proyek air minum tersebut, tapi kami warga menolak. Bagai mana kita dapat menerima proyek air minum tersebut, sedang debit airnya macet-macet, ucapnya
Hutagalung yang didampingi istrinya Boru Tupang Sianturi menjelaskan, akibat proyek ini banyak jalan yang dirusak untuk lintasan pipa, jalan setapak ini banyak yang rusak. coba perhatikan semen pengikat pipa besi itu entah 2 campur berapa, pokoknya seperti asal jadi.
Andi Pasaribu turut memberikan keterangan kepada wartawan dan mengatakan, “apa yang disampaikan oleh bapak Hutagalung ini benar. Akibat proyek ini jalan setapak banyak yang rusuk parah, tapi tidak di perbaiki pemborong. untuk menghindari pantauan wartawan dan LSM diduga papan informasi proyek ini sengaja jauh di pasang di atas sana, nanti kalau saya naik keatas akan ku foto papan proyeknya dan ku kirimkan kepada bapak, katanya kepada awak media.
Andi pasaribu mengungkapkan, kenapa warga menolak proyek ini dalam rapat yang dibuat lurah sampai 2 kali, karena airnya tidak lancar. Kadang mati, kadang hidup, dan kalau mati bisa sampai satu Minggu.
Lebih lanjut Andi Pasaribu menambahkan, kami sangat mengharap pak Bupati untuk meminta BPK mengaudit proyek air minum tersebut, karena menurut kami terlalu besar anggaran yang disedot untuk pembangunan ini, jangan inspektorat yang mengaudit percuma, katanya.
Kepala kelurahan saat di konfirmasi melalui WA terkait keterangan yang di sampaikan warganya kepada media tidak mau merespon sampai berita ini dikirim ke redaksi.
Hasudungan Samosir kabid pengairan dinas PUPR Tapanuli Tengah yang membidangi proyek ini sudah beberapa kali ditemui di kantornya selalu dihalang oleh oknum petugas Sat Pol PP yang bertugas di ruang depan kantor tersebut, dan selalu mengatakan semua petugas lagi tugas keluar. Begitu juga kepala dinas PUPR sebagai KPA selalu menghindar untuk dikonfirmasi wartawan, terkait pembangunan kantor bupati yang sudah lima kali mengucurkan APBD tapi tidak rampung, lebih cepat kemajuan pembangunan ibu kota IKN dan lebih lancar. ( Herbert Roberto Sitohang )