Tapteng, Sabisnis.com – Peresmian monumen Tiomsi Hutagalung berlangsung hidmat, di desa Unte Mungkur 3, kecamatan Kolang, kabupaten Tapanuli Tengah berlangsung hikmat.
Diawali kata sambutan yang disampaikan oleh anak tertua dari almarhum ibu Tiomsi Hutagalung Ir. Sahat Pasaribu yang merupakan pemilik dan pengusaha tambang batubara di Kalimantan Timur.
Dalam kata sambutannya Ir. Sahat Pasaribu mengisahkan perjalanan hidup keluarga ibundanya yang menjanda pada umur 29 tahun dan harus memperjuangkan anak anaknya yang masih kecil. Yang terdiri dari 3 orang laki laki dan satu orang perempuan, pada saat ayahanda meninggal Sahat masih SD.
Diceritakannya “Ibu Tiomsi Hutagalung bertekat tidak menikah lagi” dan bersumpah pada Tuhan akan berjuang memelihara semua anak-anaknya.
Pernah ada seorang hamba Tuhan meminta ibu Tiomsi untuk berjanji agar tidak menikah lagi dan Ibu Tiomsi pun berjanji tidak akan menikah lagi.
Memang benar Ibu Tiomsi berjuang untuk membesarkan anak anaknya sampai ibu tercinta kami meninggal dunia pada tahun 2010 yang silam.
Kisah perjalanan hidupnya di ceritakan Sahat dengan penuh haru, pernah para tetangga Sahat menyidang Sahat yang dicap dan dikatakan anak yang tidak berguna, tapi ibu Sahat membawa sahat kedalam rumah dan mengatakan kepada Sahat, jangan percayai omongan orang, itu tidak benar. ingatlah kata ibumu ini bahwa kamu akan menjadi anak yang sukses nanti dan dapat berkat dari Tuhan.
Jadi karena dorongan dan kasih sayang dari Ibu Tiomsi Hutagalung dan berkat dorongan istri Boru Tarigan, berkat dorongan dua wanita hebat inilah saya sukses menjadi pengusaha, jadi saya minta kepada para istri yang hadir disini untuk selalu mendorong para suami.
Selanjutnya ketua umum PPRPI (Punguan Pomparan Raja Pasaribu Indonesia) Ir. Benny Pasaribu dalam kata sambutannya mengatakan “saya sebagai ketua PPRPI salut dengan pembangunan monumen ini, karena bentuk persembahan dan untuk tetap mengenang jasa jasa ibunda Tiomsi Hutagalung. Di lokasi Monumen ini juga akan di buat taman buah, diareal ini akan ditanami dengan berbagai jenis buah nantinya, kalau tanaman buah ini berhasil maka perkebunan ini akan di perluas dan akan melibatkan masyarakat setempat, dan modal nya sepenuhnya ditanggung oleh Sahat Pasaribu. Nantinya akan di bangun pabrik pengalengan buah sehingga semua hasil buah harus di jual kepada pemodal dengan harga yang baik.
Selanjutnya dilakukan penanaman berbagai macam buah diantaranya, durian, manggis, lengkeng, dan lain lain, dan setelah itu semua undangan di jamu makan bersama, dan dilanjuti dengan upa upa dari hula hula Hutagalung.
Sebelum nya telah diadakan pesta rakyat dan memberikan berbagai hidangan kepada masyarakat setempat, dan hiburan rakyat selama tiga hari.
Hari Sabtu tanggal 11 adalah hari puncak acara sebagai pemberian kata-kata berkat dari hula hula, di dahului Hula Hula Hutugalung Simanjutak, Raja Sonak Malela, Tarigan, Simorangkir Sibuea. ( Herbert Roberto Sitohang)