SABISNIS.COM, Jakarta – Berbagai stimulus fiskal dan moneter yang mengalir deras seiring dengan pemulihan ekonomi diharapkan turut mendongkrak pasar modal, termasuk instrumen obligasi.
President Director Schroders Indonesia Michael Tjoajadi mengatakan pandemi Covid-19 membuat disrupsi terhadap ekonomi di dunia. Ini terjadi akibat aktivitas ekonomi seiring yang terhenti seiring pemberlakuan lockdown dan beragam pembatasan demi menekan jumlah penderita Covid-19.
Di pertengahan tahun, sejumlah negara mulai melonggarkan pembatasan ; memulai kembali aktivitas perekonomian, termasuk Indonesia. Untuk memuluskan hal tersebut, kata Michael, pemerintah dan bank sentral mengeluarkan stimulus.
Sebagai gambaran, berbagai bank sentral di dunia telah menurunkan suku bunga dan mencetak uang untuk membuat arus kas kian deras dan biaya dana semakin kecil.
“Ini tentu membuat orang lebih gampang mendapatkan uang untuk usaha, dan usaha ini diharapkan bisa membayar orang, gaji dan lainnya, sehingga daya beli tetap hidup,” tutur Michael dalam gelaran Market Update “Adapting to New Normal: Guide to Investing” yang diadakan via live streaming, Selasa (16/6/2020).
Dia meyakini Bank Indonesia bakal menempuh langkah yang serupa, salah satunya dengan kembali menurunkan suku bunga demi melancarkan kredit ke sektor riil. Jika demikian, diharapkan harga obligasi khususnya obligasi pemerintah juga akan terus menguat.
Menurutnya, pelaku pasar saat ini harus belajar dari kondisi krisis 2008 silam. Saat itu, produk domestuk bruto (PDB) mencatatkan kontraksi kemudian melonjak signifikan berselang satu tahun.
“Kita ingat bagaimana indeks [IHSG] dan obligasi naik signifikan, jadi kalau pattern ini kembali terjadi di 2020, ini akan jadi waktu yang sangat tepat untuk berinvestasi,” ucapnya.
Lebih lanjut, Michael mengatakan dengan kondisi tersebut, nvestor akan berbondong-bondong masuk ke pasar obligasi yang menawarkan imbal hasil jauh lebih menarik dibandingkan dengan bunga deposito yang otomatis akan menyusut.
“Belum lagi kalau deposito mencairkan butuh waktu, bayar fee.
Kalau ingin memperoleh income, maka obligasi pemerintah itu cukup menarik, apalagi sekarang ada ritel juga,” ungkap Michael.
Jika ingin lebih mudah dan likuid, tambahnya, investor dapat memilih opsi untuk membeli reksa dana obligasi yang tersedia dalam berbagai pilihan, misalnya berbasis aset obligasi rupiah atau berbasis obligasi dollar AS.
Meskipun demikian, Michael tetap mengingatkan bahwa apapun instrumen investasi yang dipilih, risiko volatilitas masih akan tinggi, baik dari kekhawatiran gelombang lanjutan Covid-19, maupun risiko pasar lainnya seperti sentimen geopolitik dan perang dagang. (Aer dan Dari Berbagai Sumber)
SABISNIS.COM DEPOK-Kampanye akbar Pasangan Calon (Paslon) walikota dan calon wakil walikota Kota Depok dengan nomor…
Tapteng, Sabisnis.com - Justri Yanti Panjaitan meminta kepada Kasat Reskrim Polres Tapanuli Tengah untuk memberikan…
Tapteng, SABISNIS.com - Melalui Via Zoom Pj. Bupati Tapanuli Tengah Dr. Sugeng Riyanta, SH MH,ikuti…
Sibolga, Sabisnis.com - Calon bupati Tapanuli Tengah Masinton Pasaribu dan calon wakil bupati Mahmud Efendi…
Tapteng, Sabisnis.com - Pertikaian antara Baktiar Ahmad Sibarani dengan saudara Ametro Pandiangan adalah masalah pribadi,…
Tapteng, SABISNIS.com - Masyarakat di Kecamatan Tapian Nauli, Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng), Provinsi Sumatera Utara…