SABISNIS.COM, Jakarta – Dikutip dari Tabloid Kontan terbitan 22 Juni – 28 Juni 2020. Bahwa pada masa-masa awal pemerintah menerapkan Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) di beberapa daerah, kondisi jalanan dimana-mana relatif sepi.
Hanya satu dua kendaraan yang melintas.
Namun, pada bulan Mei lalu, mulai tampak rombongan pesepeda malam di mana-mana.
Fenomena ini berlanjut hingga sekarang. Setelah beberapa bulan terkurung dan melakukan segala aktivitas dari rumah, rupanya masyarakat tergerak untuk mengayuh pedal. Tujuannya jalan-jalan sekaligus olahraga. Kebijakan Work From Home (WFH) memberi jam kerja yang bisa diatur, sehingga orang jadi punya waktu untuk olahraga, termasuk bersepeda.
Semua ini, tentu saja mengalirkan rezeki bagi para pebisnis sepeda.
Uper sadis! Demikian tanggapan dari Hendra, CEO PT Roda Maju Bahagia (RMB) ketika ditanya perihal penjualan sebelum pandemi.
Produsen sepeda merek Element ini mengaku terkejut atas tingginya permintaan sepeda belakangan ini.
Menurut Hendra, tak hanya Element yang kelarisan sepeda, tetapi semua pelaku industri sepeda ketiban rezeki.
“Beli sepeda sudah kaya beli sembako, ngantri,”ujarnya.
Pencapaian yang sangat positif dari industri sepeda, di saat pandemi benar-benar tak disangka oleh pelaku industri sepeda. Direktur Insera Sena, produsen sepeda merek Polygon, William Gozali bilang, kondisi ini di luar antisipasi para pebisnis sepeda.
Layaknya sektor usaha lain, pada saat Pemerintah menyatakan ada pandemi, para pebisnis sepeda memperkirakan bisnis mereka akan drop. Selain karena aturan yang berlaku, masyarakat juga akan membatasi diri beraktivitas di luar ruangan, termasuk menyimpan sepeda mereka di gudang.
Lebih lagi aturan PSBB yang relative ketat di beberapa daerah, membuat orang mengurungkan diri untuk beraktivitas di luar rumah. Ini yang membuat Hendra sempat terpukul dengan aturan PSBB, dan berpikir bisnis akan berhenti. Pada kenyataannya, menurut Hendra, hal itu tidak terjadi. Pasalnya, tidak semua kota menerapkan PSBB. Ketika kota-kota di Jawa memberlakukan PSBB, Element mendapat banyak permintaan dari Makasar. Situasi berbalik saat puasa, yakni permintaan dari Jawa justru melonjak, terutama dari Jawa Tengah dan Jakarta.
Ketua Asosiasi Industri Persepedaan Indonesia (AIPI) Rudiyono mengatakan, pandemi dan kebijakan PSBB membuat sebuah perusahaan sepeda merumahkan sementara karyawan mereka. Ketika belakangan ada lonjakan permintaan, karyawan itu pun diminta kembali bekerja.
Menurut Rudiyono, kegemaran orang bersepeda semasa pandemi, bisa jadi hanya euphoria sesaat. Dia bilang, sepanjang sejarah industri sepeda di Indonesia, baru kali ini orang mau beli sepeda sampai inden.
Secara industri, selama lima bulan pertama di tahun 2020, penjualan sepeda di tanah air mengalami kenaikan 20% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Dari 12 produsen sepeda yang ada di Indonesia tahun ini, kapasitas produksinya mencapai 2,5 juta unit.
Lonjakan permintaan sepeda dialami oleh Roda Pasifik Mandiri (RPM), produsen sepeda pacific. Menurut pengakuan General Manager RPM Hendra Priatna, dalam lima bulan terakhir ada kenaikan permintaan sepeda sekitar 30% hingga 40%. Dalam kondisi normal, kapasitas produksi Pacific sekitar 60.000 unit per bulan.
Sementara, William Gozali menyebut sebenarnya penjualan Polygon masih normal.
Dia bilang, pada bulan Maret atau awal pandemi, ada penurunan penjualan secara drastis. Tapi pada April, kondisi mulai membaik hingga ketika lebaran malah terjadi lonjakan permintaan. “Ada diler yang memberi informasi kalau penjualan melonjak 200%, bahkan ada yang 300%,” jelas William. (*)